Kamis, 06 Desember 2012

PROFIL FRANCO BARESI


Kapten abadi Il Rossoneri.

Milan adalah Franco Baresi. Demikian sebaliknya. Pemeo itu bertahan di San Siro selama hampir 20 tahun karier sang legenda hidup AC Milan itu sejak 1978-1997. Tak ada yang meragukannya. Sebab, dia adalah pemimpin, inspirator, penjaga, sekaligus bangunan wibawa klub tersebut.

Orang Italia menyebut Baresi sebagai Il Bandiera. Simbol dan roh Milan. Defender yang tak hanya menjadi pilar pertahanan I Rossoneri, tapi juga keseluruhan permainan tim. Wajar jika partai terakhirnya bersama Milan pada 1997, ribuan tifosi I Rossoneri menangisinya. Seolah, mereka telah kehilangan segala kekuatan yang dimiliki Milan. Baresi pun tak sanggup menahan haru. "Seandainya bisa, aku ingin tetap muda lebih lama. Tapi aku sudah tua dan saatnya harus memberi tempat buat yang lebih muda. Toh aku tidak meninggalkan Milan dan tetap bersama kalian," kata Baresi yang saat itu langsung menjabat sebagai salah satu direksi Milan.

Bersama Baresi, Milan memang telah mengeruk banyak kejayaan. Selain mendominasi Liga Serie-A, geng San Siro ini juga merajai kompetisi Eropa. Tiga kali juara Liga Champions, plus dua gelar Piala Interkontinental (sekaran Piala Dunia Antar Club). Sosoknya dianggap sakral dan tak tergantikan. Il Capitano yang sudah menjadi kapten sejak umur 22 tahun dan baru berakhir saat dia pensiun. Kepemimpinan panjang yang penuh kesan. Bagi mereka, sebutan Il Capitano sama halnya dengan "Kamerad" buat seorang pemimpin megeri. Nomor 6 di kostumnya pun disakralkan dan diabadikan. "Nomor itu tak akan pernah dipakai pemain mana pun di Milan, karena sudah menjadi milik Franco Baresi. Dan, rasanya tak akan pernah ada lagi pemain seperti dia. Pemain yang begitu berjasa buat klub ini," kata Presiden Milan, Silvio Berlusconi.

Itu juga berkat dedikasinya kepada klub yang begitu besar. Loyalitas Baresi kepada Milan sangat tinggi. Sejak masuk Milan, Baresi tak pernah melirik rumput tetangga. Baginya, Milan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Cintanya terhadap klub yang telah membesarkan namanya itu tak bisa diukur dalamnya. Padahal, godaan klub-klub lain kepadanya begitu besar. Sebagai pemain yang dinilai sebagai defender terbaik saat itu, banyak klub besar yang sangat membutuhkan jasanya. Namun, Baresi tak pernah tergoda. Sebab, remangat dan jiwanya berada di San Siro. Selain kehebatan dalam bermain, kewibawaan, dan prestasi yang dia berikan, dedikas serta kesetiaannya membuat sosoknya semakin sakral. "Uang tidak akan pernah bisa menggantikan kesetiaan dan cinta. Aku tidak pernah berpikir pindah ke manapun, meski ditawari gelimang kemewahan. Akan lebih memuaskan jika aku bisa mengakhiri karier di Milan," katanya pada 1994, seusai membawa Milan juara Liga Champions.

SEJAJAR DENGAN BECKENBAUER

Sebagai defender, Baresi punya kecepatan, kekuatan, juga kecerdasan dalam membaca permainan. Dia juga tenang dan berwibawa. Tak hanya teman-temannya yang hormat kepadanya, tapi juga para lawan. Faktor-faktor itu masih didukung keberanian yang besar, juga teknik yang tinggi. "Dia defender terbaik Dunia. Di masanya, tak ada pemain belakang yang bisa menandinginya. Kemampuannya, bersaing dengan Franz Beckenbauer (defender Jerman)," puji Giancarlo Rinaldi, pengamat sepak bola Italia.

Kebetulan, kedua legenda itu sama-sama berinisial FB. Lagipula, dalam bahasa sehari-hari Italia, Franco sering diucapkan Franz atau Frank. Namun, bukan lantaran kebetulan itu yang membuat Baresi disamakan dengan Beckenbauer. Pemain asal Brescia ini memang memiliki gaya dan kualitas permainan yang sama dengan Beckenbauer. "Saya kira, memang hanya dua defender yang begitu melegenda dan memiliki kewibawaan serta rekor yang hebat. Mereka adalah Beckenbauer dan Baresi. Keduanya punya kualitas permainan yang setara," puji Arrigo Sacchi yang pernah melatih Baresi di Milan.

Yang membedakan keduanya adalah soal prestasi di timnas. Beckenbauer begitu menonjol dan pernah membawa Jerman juara Piala Dunia 1974 sebagai pemain. Baresi belum sekalipun. Ketika Italia juara di Piala Dunia 1982, dia hanya menjadi pemain cadangan Gaetano Scirea dan tak pernah diturunkan.

Waktu yang dilalui Baresi bersama Gli Azzuri memang kurang sukses. Dia hanya bisa membawa Italia berada di urutan ke 3 Piala Dunia 1990 dan runner-up di Piala Dunia 1994. Meski begitu, kegagalan itu tak melunturkan kehebatannya. Sebagai kapten dia tetap sosok berwibawa dan mampu mengatur tim dengan baik. Sebagai defender, dia benteng yang sulit ditembus. Sebagai tokoh, dia begitu menonjol hingga disebut Il Bandiera. Ya, dia memang simbol sakral I Rosoneri yang sulit dicari penggantinya.

FAKTA BARESI

Nama lengkap :Franco Baresi
Julukan :Il Capitano, Piscinin
Lahir :Travagliato, Brescia (Italia) 8 Mei 1960
Posisi : Defender
Nomor Kostum :6
Karier Klub :AC Milan (1978-1997)
Karier Timnas :Italia (1982-1994)
Prestasi :
- 6 Scudetti (1978-79, 1987-88, 1991-92, 1992-93, 1993-94, 1995-96), 4 Piala Italia (1987-88, 1991-92, 1992-93, 1993-94), 3 Liga Champion (1988-89, 1989-90, 1993-94), 2 Piala Interkontinental (1989, 1990), 3 Piala Super Eropa (1989, 1990, 1994)

ROFIL RUUD GULLIT

PEMAIN YANG SERBA BISA


Cerdas, cepat, bervisi luas, kuat, terampil, berani, juga tak kenal lelah. Sederet kata itu toh belum cukup untuk menggambarkan sosok Ruud Gullit kala masih aktif sebagai pemain. Saat bertanding, Gullit akan berada di seluruh area lapangan. Pemain berjuluk The Black Tulip ini tipe penjelajah yang tak kenal lelah. Dia juga kuat dalam adu udara dan memiliki sundulan superkencang. Soal umpan, dia cerdik dan akurat. Produktivitas Marco van Basten di timnas maupun di AC Milan tak lepas dari assist Gullit.

Mengawali karier sejak bocah di Meerboys, Gullit memang spesial. Dia berkembang paling cepat di antara rekan-rekannya hingga Harleem berani memakainya di kompetisi senior saat umurnya baru 17 tahun. Meski muda, pengaruhnya sangat luar biasa sehingga klub-klub besar bergiliran memakai jasanya. Setelah bermain di Feyenoord dan PSV Eindhoven, dia memecahkan rekor transfer pemain pada 1987 saat dibeli Milan senilai 6,5 juta Pounds. "Gullit pemain yang sangat dibutuhkan Milan. Dia tipe pemain yang bisa mengubah banyak hal," puji Presiden Milan, Silvio Berlusconi, waktu itu.

Pujian yang tak berlebihan. Apalagi tahun itu dia terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa dan Pemain Terbaik Dunia. Pernyataan Berlusconi makin terbukti setelah Gullit tampil luar biasa di Piala Eropa 1988. Bersama Frank Rijkaard dan Van Basten, dia menjadi kunci sukses Belanda. Sejak itu nama Gullit makin berkibar. Prestasi-prestasi besar berurutan dia persembahkan. Kecuali di Harleem. Tapi, setidaknya dia mampu membuat Harleem bersaing dengan klub Belanda lainnya dan terhindar dari degradasi. Dalam 91 penampilan di klub itu, dia mencetak 32 gol.

Puncak prestasinya tentu di Milan. Dia meraih segalanya, mulai dari Juara Serie-A, Liga Champions, Piala Super Eropa, sampai Piala Toyota. Sayang, cedera lutut membuatnya harus disingkirkan ke Sampdoria. Meski begitu, dia masih bisa memberikan gelar Coppa Italia. Bahkan di ujung kariernya bersama Chelsea, dia masih memberikan gelar Piala FA.

PEMAIN YANG SERING KONFLIK

Posisi Gullit sebagai gelandang tak membuatnya mandul. Sepanjang kariernya, dia tampil di 465 pertandingan dengan torehan 175 gol. Yang hebat, Gullit juga tipe pemikir. Dia pernah mengusulkan agar pergantian pemain diperbanyak sampai tujuh orang. Namun, pada 15 menit terakhir hanya boleh sekali pergantian. Sayang, Gullit kadang kelewat keras dan teguh pada pendirian. Itu yang membuatnya kerap terlibat konflik dengan orang-orang terdekatnya. Ketika di Milan, dia berseteru dengan kapten Franco Baresi dan pelatih Fabio Capello. Sejak Capello masuk, Gullit kabarnya tak pernah saling bertatap muka. Pindahnya Gullit ke Sampdoria pada musim 1993-94 diperkirakan dipicu konflik itu. Padahal, Gullit waktu itu masih tampil bagus.

Di timnas Belanda juga demikian. Dia sering bentrok dengan pelatih Dick Advocaat. Pada 1993 dia mundur dari timnas karena tak bisa bekerja sama dengan Advocaat. Setahun kemudian dia kembali membela Der Oranje, tapi kemudian meninggalkan sesi latihan dengan kemarahan. Setak itu dia tak pernah memakai seragam Oranje lagi.

Ketika pindah ke Chelsea sebagai pemain merangkap manejer, dia tak sejalan dengan manejemen. Pembicaraan kontraknya pun tak pernah selesai. Gullit akhirnya dipecat dengan alasan punya kehidupan pribadi yang tak layak dicontoh. Dia dianggap Playboy. Gullit sendiri mengaku agak playboy, tapi dia tahu bersikap profesional dalam sepak bola. "Aku telah larut dalam egoku. Menyenangkan bisa bermain di berbagai klub dan keliling dunia. Di mana pun bermain, aku berusaha seprofesional mungkin. Tapi, aku gagal sebagai bapak," ujar Gullit yang memiliki enam anak dari tiga wanita itu.

Lantas ketika menjadi manejer Newcastle dia tak akrab dengan sang kapten, Alan Sharer. "Membayar mahal untuk Sharer merupakan sebuah pemborosan," kata dia kala itu. Sejak itu, dia dan idola Newcastel tersebut tak pernah akur.

Lepas dari sisi-sisi buruk itu, sebagai pemain Gullit nyaris tanpa cela. Sebaliknya, penuh puja-puji bertaburan di sekitarnya. Seindah julukannya, Bunga Tulip Hitam. Dia selalu setia memamerkan permainan explosif, menguasai setiap inci lapangan, membuka peluang, ikut menahan gempuran lawan, juga produktif mencetak gol. Pemain yang nyaris selalu meninggalkan gelar di setiap klub yang dibelanya.

FAKTA GULLIT

Nama lengkap :Ruud Gullit
Julukan :The Black Tulip (Bunga Tulip Hitam)
Lahir :Amsterdam (Belanda), 1 September 1962
Posisi :Midfielder
Nomor kostum :10 (AC Milan), 4 (Sampdoria & Chelsea)
Karier Klub :
Harlem (1978-82), Feyenoord (1982-85), PSV Eindhoven (1985-87), AC Milan (1987-93), Sampdoria (1993-94), AC Milan (1994), Sampdoria (1994-95), Chelsea (1995-98)
Karier timnas :Belanda (1981-94)
Prestasi : Pemain terbaik Eropa (1987), Pemain terbaik Dunia (1987, 1989), juara Piala Eropa 1988, juara Eredivisie 1983-84 (Fayenoord), 1985-86 dan 1986-87 (PSV), juara Piala Belanda 1984 (Feyenoord), juara Serie-A 1987-88, 1991-92, 1992-93 (Milan), juara Coppa Italia 1994 (Sampdoria), Juara Liga Champions 1988-89, 1989-90 (Milan), juara Piala Super Eropa 1990 (Milan), juara Piala Toyota 1990 (Milan), juara Piala FA 1997 (Chelsea).

Biografi Andriy Shevchenko

Andriy Mikolaiovich Shevchenko lahir pada 29 September 1976 di sebuah kota Dvirkivschyna,Uni Soviet. Adalah seorang striker mumpuni,ia juga seorang bintang legenda AC Milan. Sheva menikmati puncak karirnya bersama AC Milan,ia pernah menyandang pemain terbaik Eropa 2004.
Shevchenko memulai kariernya dengan klub Ukraina Dinamo Kiev, di mana di bawah arahan Valeri Lobanovsky dia tumbuh menjadi salah satu pemain yang paling penting dan terampil di klub tersebut, hal itu dibuktikannya dengan membawa Dynamo Kyiv menjadi semifinalis Liga Champions musim 1998/1999, ketika itu mereka disingkirkan oleh FC Bayern Munich. tim yang dikalahkan Dynamo Kyiv bukanlah klub dengan reputasi semenjana. dari Arsenal hingga Real Madrid pernah menjadi tim yang merasakan eksplosivitas pemain yang ketika itu diincar oleh sembilan klub besar eropa. mulai dari AC Milan, Lazio, Juventus, Real Madrid, Barcelona, Arsenal, FC Bayern Munich, Manchester United dan Liverpool.
Ia bergabung bersama AC Milan pada tahun 1999 engan harga sebesar $26 juta dan telah menjadi salah seorang pemain terpenting Milan. Sejak bergabung dengan Milan, dia telah dua kali meraih gelar Seri A pada musim 1999/2000, dan 2003/2004. Selain itu, dia juga telah satu kali mencicipi gelar Liga Champion pada musim 2002/2003. Pada Liga Champions musim 2005/2006 ia mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah liga tersebut.

Biografi Paolo Maldini


maldini
Data diri:
Lahir: Jun 26, 1998
Tempat Lahir : Milano
Kewarganegaraan: Italia
Tinggi : 186 cm
Berat badan : 83 kg
Julukan: Il Capitano
Dialah pemain bertahan pertama yang memenangkan trofi dari majalah World Soccer sebagai World Player of the Year pada tahun 2004.
TUA-tua keladi, makin tua makin menjadi. Pepatah ini rasanya pantas untuk disandangkan kepada Paolo Maldini. Walau usianya telah memasuki angka kepala empat, tapi performa pemain berambut ikal ini tetap tak ada matinya dalam menjaga lini pertahanan dari klub yang dibelanya, AC Milan.
Maldini adalah anak dari pemain legendaris Italia, Cesare Maldini. Sama seperti ayahnya, nama Maldini kini telah menjadi ikon penting dalam persebakbolaan Italia. Hal ini karena reputasinya yang mengagumkan sebagai defender kelas dunia.
Usia 16 tahun adalah awal kariernya sebagai pemain sepak bola profesional. Milan menjadi klub pertama Maldini. Debutnya bersama I Rossoneri dimulai pada tanggal 20 Januari 1985. Ia tampil pada babak kedua, menggantikan Sergio Battistini yang mengalami cedera. Meski di musim itu Maldini hanya tampil sebanyak satu kali saja, tapi di musim berikutnya namanya selalu masuk dalam starting line-up tim.
Scudetto musim kompetisi 1987-88 adalah trofi pertama yang diraih Maldini bersama Milan. Dua tahun berikutnya, ia bahkan berhasil membawa klubnya menjuarai Super Coppa Italia (1988) dan Coppa Italia (1989-90).
Di tahun yang sama pula, Maldini sukses membawa Milan menjadi jawara dua kali berturut-turut Liga Champions pada musim kompetisi 1988-89 dan 1989-90. Gelar juara Eropa ini semakin lengkap, ketika Maldini sukses membawa Milan menjadi juara di tahun 2007. Ini menjadikan I Rossoneri klub yang berhasil menjuarai Liga Champions sebanyak tujuh kali.
Meski bukan midfielder, tapi Maldini mampu mengontrol jalannya permainan tim. Ia merupakan pemain bertahan yang solid. Keterampilannya membantu serangan tim membuat Maldini terlihat sangat menonjol. Pemain kelahiran Milan ini juga memiliki tendangan yang kuat dan kemampuan menggiring bola yang bagus. Hal ini cukup mengherankan, mengingat Maldini merupakan pemain bertahan.
Prestasinya yang mengagumkannya ini tak heran membuat banyak klub-klub top Eropa banyak yang mendekati dan membujuk Maldini untuk pindah dari San Siro. Tapi ia menolaknya. Di hatinya hanya ada Milan. Sebuah loyalitas yang sangat jarang ditemui di tengah banyaknya pemain sepk bola yang sering berpindah-pindah klub.
Kemampuan bertahan yang sempurna, kepemimpinan yang berpengaruh, dan etika kerja keras, semuanya membuat Maldini hampir terasa bagus untuk menjadi nyata. Tah heran ia pun menjadi pemain yang disukai dan sangat dihormati.